Satu Mahar

Hari ini aku bahagia, kembali bertemu dengannya sang wanita yang paras dan hatinya bak malaikat, tatapannya teduh, bicaranya lembut, dan yang pasti menutup sempurna auratnya.
Ini kali ke 3 aku melihatnya, kami satu kampus, tapi beda fakultas, aku fakultas kedokteran, sedangkan dia psikologi, dia termasuk salah satu mahasiswi yang aktif di kampus, dan kudengar dia selalu mendapat IPK 4.0 setiap selesai UAS.

Kejadiannya tadi ketika aku sedang berkunjung ke museum Bayt Qur'an, niatku ingin melihat sejarah Al Qur'an dari masa ke masa, tapi aku salah fokus ketika tak sengaja melihatnya memandangi salah satu Al Qur'an terkecil yang di taruh di sebuah tempat mirip mahar, dia memandangi Al Qur'an itu terus menerus, setelah itu dia pergi.

Namaku Zafran, aku berusia 22 tahun, mahasiswa salah satu Universitas di Jakarta, duduk di tahun terakhir membuat ku sibuk dengan skripsi, setelah itu aku akan menjalani koas di salah satu rumah sakit di Bandung. Dengan sungguh-sungguh aku berusaha sebaik mungkin untuk membuat skripsi terbaik, tidak lupa juga aku berdoa kepada Allah SWT, karena berusaha saja tidak cukup jika tidak disandingkan dengan doa.
Bulan berlalu begitu cepat, memang benar tanda akhir zaman, waktu berasa cepat sekali. Sidang ku lancar, aku mendapatkan nilai A+ dan aku siap wisuda 🎓. Sebulan sebelum wisuda, pembimbing liqo ku, ustad Ammar menawarkan aku untuk ta'aruf dengan salah satu wanita, ku iyakan tawarannya dan sampai akhirnya pada masa ta'aruf, aku kaget ternyata wanita yang akan ta'aruf dengan aku adalah Zainab, wanita yang aku ceritakan diawal. Setelah melewati ta'aruf, aku memutuskan untuk melanjutkan ke tahap lamaran, lalu akad.

Di hari akad, aku memberikannya mahar sebuah Al Qur'an kecil seperti yang dilihatnya dulu, sambil tersenyum dia berkata, "Terima kasih mas, ternyata impianku untuk diberikan mahar ini terkabulkan olehmu".
Aku memeluk nya lalu berbisik, "Apapun akan kuberikan untukmu istriku". @sekolahmenulis.id
@maheszain
#sekolahmenulisid

Komentar