Yena pov
Setahun terlewat tanpa aku sadari. Padahal aku merasa jika baru beberapa bulan yang lalu ketika mendengar Mingyu memintaku untuk menjadi istrinya, dimana kami sedang berlibur di Jeju saat itu.
Awalnya aku pikir jika Mingyu akan menikahi ku beberapa tahun lagi, seperti yang dilakukan kebanyakan lelaki jaman sekarang. Tapi ternyata tidak, saat itu pun aku sudah memantapkan hati jika Mingyu adalah yang terbaik untukku, dia yang bisa membuatku merasa tenang dan nyaman. Dan aku menerima kala itu.
Jika diingat memang sedikit lucu dan menggemaskan untukku, apalagi melihat mukanya yang tegang dan terus menerus mengambil nafas untuk menenangkan diri.
Tapi sekarang sudah tidak seperti itu lagi. Aku sudah menjadi miliknya, dan dia menjagaku dengan baik sampai saat ini.
Dengan umur pernikahan satu tahun, kami berdua belum mempunyai pemikiran tentang anak. Tapi secepatnya jika aku sudah mulai tidak kewalahan dengan pekerjaan ku sebagai pemilik kedai kopi di pusat kota Seoul.
Aku akan menceritakan sedikit tentang kami.
Seperti yang kalian tau jika aku mengelola kedai kopi yang dari dulu selalu aku masukkan dalam list cita-cita ku. Aku belajar banyak tentang kopi dan beberapa menu pendamping yang cocok untuk menemani minuman pahit itu.
Dalam mempelajari ini aku bertemu seorang chef yang bekerja di salah satu toko Puff and Pastry yang terkenal di Seoul, dan kamu bisa menebak siapa orangnya.
Yap, dia Mingyu.
Dari sana aku diajari banyak hal tentang banyak makanan, bukan hanya dessert. Tapi appetizer juga main course menu diajarkan juga olehnya.
Beberapa hari setelahnya aku mengetahui jika Mingyu adalah koki terbaik di dunia, tolong kalian catat, DI DUNIA, dalam skala internasional dia tercatat sebagai nomor 6.
Mingyu mempunyai beberapa sertifikasi keahlian masak untuk hidangan Italia, Perancis, Korea, Japan, dan tentunya Pastry.
Aku tentu saja kagum dengannya yang dalam usia muda namun bisa mendapatkan begitu banyak keahlian.
Kalian bisa menebak setelahnya, aku jatuh cinta. Mungkin terdengar klasik jika aku mengatakan jatuh cinta pada pandangan pertama, jadi aku akan mengatakan jika ini adalah jatuh cinta pada pandangan ketiga, hahaha.
Tapi tanpa aku sadari, Mingyu mempunyai rasa yang sama terhadapku.
Hubungan kami dimulai di bulan setelahnya.
Dan menikah di bulan kelima.
Singkat kan? Kalian sudah tahu bagaimana hebatnya suamiku? Mau aku ceritakan lagi? Simak cerita selanjutnya^^
-
Eittt bentar ya author mau nyelip😗
Diperhatiin ya, kalau : Mingyu (Yena Main Chef) Yena (Mingyu Main Barista)
Jangan ketuker yap, oke markijut (mari kita lanjut~~)
-
”...Okey aku usahain pulang jam 4 ya sayang, semoga pelanggan hari ini ga begitu rame.” kata Mingyu diseberang telepon sana.
“Iya sayang, semangat hari ini.”
“Kamu juga semangat, love you my main barista.”
“Love you more my main chef.”
“Aku lanjut siapin bahan ya sayang, gapapa kan dimatiin dulu telponnya?”
“Gapapa sayang, aku juga mau ngecek stok takut ada yang abis.”
“Oke, see you at home babe.”
“Hmmm, jangan lupa hati-hati di jalan nanti.”
“Tentu, byee~”
“Byee~”
Bip. Sambungan telepon terputus dengan aku yang masih tersenyum.
“Eiii udah senyum aja bu bos pagi-pagi gini.”
“Astaga Chan kamu ngagetin.”
“Hehe maaf Bu bos tadi Chan denger dikiiit terus jadi iri deh.”
“Ga usah iri, padahal kan kamu udah punya.”
”...”
“Yang jaga sama kamu kan?”
“Kok Bu bos bisa tau sih...” Chan berpura-pura kecewa.
“Informan saya banyak Chan, hati-hati.”
“Aduh jadi takut.”
“Sana kamu balik, bentar lagi cafe buka.”
“Baik Bu bos.”
Aku melangkah menuju gudang penyimpanan dan memeriksa beberapa bahan yang masih ada, juga mencatat apa saja yang sudah habis.
Untuk urusan ini aku memang tidak menyerahkan kepada orang lain, karena memastikan bahan yang dipakai masih segar dan baru itu sangat penting agar hasil kopi atau menu lainnya tidak berubah rasanya.
Jika ada bahan yang masih tersisa lewat dari batas hari yang aku tentukan, maka aku akan menyumbangkannya untuk panti jompo dan beberapa panti asuhan. Entah bahan mentah, atau yang sudah aku olah menjadi makanan atau minuman.
Selesai mengecek gudang penyimpanan, aku berjalan kearah ruangan utama yang digunakan sebagai cafe. Dari dalam sini sudah terlihat beberapa pelanggan yang menunggu agar kafe ini dibuka.
“Semua udah siap? Sebelum kita buka mari kita berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-masing.”
Berdoa semoga hari ini dapat berjalan baik dan tanpa kendala apapun karena aku harus cepat pulang untuk merayakan hari penting yang tahun lalu juga terjadi di hari ini.
Anniversary pernikahan yang pertama.
Mingyu pov
“Chef, hampir semuanya terjual habis lagi.” ucap salah satu karyawan.
“Oh ya? Good job semuanya.”
“Justru kita yang harus bilang gitu, kan chef yang bikin.” Kata Jeonghan, co-chef disini.
“Kalian juga ikut membuat, dan saya berterima kasih untuk itu.”
Semua yang sedang berkumpul di dapur bertepuk tangan. Baru tiga bulan toko pastry milik saya buka dan banyak pelanggan yang menyukai itu, saya sangat bersyukur kalau bukan karena saran istri untuk membuka toko ini dan juga para karyawan, mungkin saya tidak bisa merasakan bahagia karena melihat usaha sendiri sukses.
“Sisa yang masih ada di rak boleh kalian bawa pulang ya, besok toko mau saya tutup satu hari.”
“Kenapa tutup chef?”
“Hari ini anniversary pernikahan saya, dan besok ada rencana untuk merayakan berdua dengan istri saya.”
“Selamat anniversary pernikahan ya chef.” Kata mereka.
“Terimakasih, saya pulang duluan ya? Kalian gpp kan saya tinggal?”
“Gapapa chef kami bereskan semua.”
“Okey, saya duluan.” Ucap saya yang langsung menuju parkiran.
Saya melihat jam tangan, jam setengah 4, masih ada waktu 4 setengah jam sebelum Yena pulang. Cukup untuk membeli beberapa bahan dan memasak untuk dinner nanti.
Karena ingat beberapa bahan yang tidak ada di rumah, saya harus membelinya di supermarket terdekat.
-
Sesampainya di rumah, saya langsung menaruh semua belanjaan di dapur lalu masuk ke kamar untuk mandi sebentar.
Saya keluar dengan menggunakan baju hitam tanpa lengan dan celana pendek hitam.
Karena terlalu lama belanja di supermarket tadi, saya kehilangan waktu 2 jam lebih.
Tadinya saya akan langsung menyiapkan hidangannya. Tapi jika langsung membuat sepertinya akan repot dan takut tidak keburu.
“Fix harus rombak rencana.”
Yena pov
Aku sampai di depan apartemen ku dan langsung menuju ke lantai 19 dengan lift yang berada di dekat parkiran. Memang lift dari lantai 18-23 berbeda dengan lantai lainnya, karena di lantai khusus itu hanya terdapat 2-3 unit saja, berbeda dengan lantai dibawah 18 yang bisa mencapai 10 unit per lantai.
Dengan sebuah kartu khusus, aku membuka lift dan langsung membawaku ke lantai 19.
Sedikit tidak sabar karena aku sedikit pulang telat karena macet tadi.
Sampai di lantai 19 aku langsung keluar dan menaruh sepatu di rak.
Klek. Huh? Kenapa lampu otomatis di lorong tidak menyala? Apa rusak? Padahal sebelum aku berangkat kerja tadi masih baik-baik saja.
“Mingyu? Kamu di rumah ga?” Ucapku sambil masuk kedalam rumah.
Bukannya mendengar balasan dari Mingyu, aku mencium wangi masakan yang pastinya sudah dia buat.
Bibirku tersenyum lebar ketika sampai di depan dapur.
Banyak dekorasi tentang anniversary pernikahan kami. Juga lampu meja bar dapur yang menyala dan menampakkan suamiku sedang bersandar disana sambil memegang bunga.
“Gyu...” Aku mulai terharu ketika dia mulai berjalan mendekat.
“Happy Anniversary sayang.”
Kami saling memeluk, sulit untuk mengungkapkan perasaanku saat ini, senang, bahagia, terharu, semua menjadi satu.
“For you my lady.” Katanya setelah pelukan kami lepas. Sebuah buket besar dengan mawar merah dan anyelir yang mendominasi diberikannya kepadaku.
“Terimakasih sayang, happy anniversary.”
“Selamat datang di dapur Kim Mingyu...” di tersenyum sebelum melanjutkan perkataannya.
”... 2 menu dari negara yang berbeda untuk dinner hari ini, are you ready to enjoy all the dishes?”
Aku tertawa kecil sambil mengangguk saat Mingyu berkata seperti itu, dia sudah seperti chef yang sedang memasak untuk pelanggan nya.
Mingyu mulai mengambil sebuah puff pastry yang membentuk wadah kecil.
“Vol au vent right?” Tebak ku.
“That's right dear.”
“Ga sabar...”
Mingyu tersenyum sambil menaruh sesuatu di dalam puff pastry tersebut lalu menaruhnya di piring, tak lupa dia memberikan beberapa garnish yang membuat hidangan kali ini menjadi mewah.
“A special appetizer for that special person in my life, duck and mushroom vol au vent.”
Sebuah piring mendarat di depanku.
“Can I start eating this?” Tanyaku.
“Of course.”
Aku refleks melebarkan kedua mata ketika sesuap makanan pembuka ini masuk kedalam mulutku.
“Enwak yang”
“Habisin dulu sayang jangan dibiasain begitu.”
“Sumpah ini enak banget sayang.” Ucapku setelah menelan makananku.
“Pas kan? Tadi aku bikin buru-buru karena mepet.”
“Pas kok, masakan kamu kayaknya ga pernah ga enak.”
“Terimakasih istriku.”
Aku tersenyum lalu menghabiskan satu piring sebelum Mingyu menjelaskan jika ada makanan utama yang akan segera di sajikan.
Mataku tak lepas dari dirinya yang memakai kemeja krem sambil menumis sesuatu di wajan.
Tangannya lincah memotong bahan-bahan yang tersedia lalu mengambil sebungkus ramyeon dan merebusnya.
Tak lama sebuah mangkok berukuran sedang mendarat di hadapan ku.
“Sayang, kita makan bareng aja yuk di meja makan.” Ajakku.
“Kenapa emang?”
“Masa aku doang yang makan sih? Kan ini perayaan kita berdua.”
“Hahaha, ya udah aku siapin satu lagi ya.”
“Perlu aku ambil wine?”
“Kamu serius mau makan jjampong dengan minum wine?” Katanya sambil menunjukkan wajah penuh tanya.
“Emang kamu engga?”
“Ya engga dong sayang, lebih cocok sama mojito.”
“Ish itu mah kamu yang mau!”
“Loh emang bener sayang.”
“Ya udah aku yang bikin mojitonya, minggir.”
Cup. Dia mengecup pipiku ketika aku berdiri di sampingnya untuk membuat mojito.
“Tentu kamu yang harus bikin biar lebih enak.”
Kami berdua tertawa bersamaan lalu menuju meja makan untuk menyantap jjampong, malam itu kami habiskan untuk bercerita satu sama lain tentang pekerjaan hari ini, juga membicarakan kilas balik hubungan kami berdua hingga seperti sekarang.
Komentar
Posting Komentar